Goyangnews - Seks menjadi topik yang bisa menarik perhatian sejumlah orang, termasuk anak baru gede (ABG). Banyak pertanyaan di kepala mereka tentang seks tapi bingung harus bertanya kepada siapa. Alhasil, para ABG ini memilih mencari tahu sendiri dari internet atau mencobanya langsung.
Faktanya, keingintahuannya itu berkonsekuensi yang menyedihkan seperti trauma psikologis, penyakit menular seksual atau kehamilan yang tak diinginkan yang hampir selalu berakhir dengan aborsi.
Agar tak terjadi hal yang tak diinginkan, orangtua bisa melakukan beberapa pencegahan. Cara terbaik dengan berbicara dengan putri atau putra Anda. Tapi, perlu diingat bahwa ABG hampir mustahil dilarang. ABG ini lebih sukses jika diberikan alasan yang logis.
Seperti yang dikutip Kidshealth.org, tugas orangtua adalah meyakinkan putra atau putrinya tentang segala sesuatu yang baik pada waktunya. Seperti, anak-anak bisa kecewa jika melakukan aktivitas seksual terlalu dini karena ada hal-hal yang tak boleh dilakukan untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan kehidupan seks yang terlalu dini.
Sebenarnya, pendidikan seks itu harus dimulai lebih awal, ketika anak berusia 2 atau 3 tahun. Tapi, ini tak berarti orangtua tak boleh berbicara tentang seks kepada anak ABGnya dengan harapan ia bisa mengatasi masalahnya.
Namun, ingatlah anak ABG Anda bukan lagi bayi. Biasanya ia lebih banyak tahu tentang seks dibanding yang diduga orangtuanya.
Orangtua cobalah berbicara secara terbuka, bebas, tanpa rasa malu. Mungkin awalnya Anda akan merasa canggung, tapi cobalah. Gunakan istilah medis karena sebagian besar remaja sudah familiar dengan istilah medis atau gunakan kalimat sehari-hari.
Berikut masalah seks yang sering membuat ABG penasaran:
1. Bercinta
Orangtua harus mencoba mencegah pengalaman seks terlalu dini. Bicarakan ke anak Anda tentang bahaya hubungan intim terlalu dini. Begitu juga tentang hubungan tanpa perlindungan yang bisa menyebabkan kehamilan serta menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS).
Jangan takut orangtua yang berbicara tentang hal ini bakal membuat anak remajanya tertarik dengan seks. Remaja Anda sudah tahu cukup banyak tentang seks. Informasi yang Anda berikan kepada anak Anda bisa meminimalkan risikonya.
2. Masturbasi
Remaja mungkin bertanya apakah masturbasi tak masalah? Apakah ini membuat kelaminnya menjadi kecil atau lebih besar? Apakah permainan solo itu akan menghambat pertumbuhannya?
Smith AM, Rosenthal DA, dan Reichler H. High dalam Psychological Reports menjelaskan masturbasi masa remaja normal. Saat mengalami pubertas, mereka jadi ingin lebih tahu tentang perkembangan tubuhnya, termasuk kegiatan seperti masturbasi dan orgasme.
Ini merupakan rangsangan alat kelamin untuk kenikmatan seksual. Dengan kata lain, masturbasi merupakan stimulasi penis atau vagina dengan menggosoknya atau cara lain.
Membahas masturbasi bisa menjadi diskusi antara anak dan orangtua. Ini berguna untuk remaja Anda untuk mengetahui bahwa masturbasi normal dan bukan kegiatan yang memalukan. Tapi, apabila putra atau putri Anda memiliki masalah dengan menyentuh organ pribadinya di depan umum, berbicaralah dengan dokter anak Anda. Praktik masturbasi yang tak pantas bisa menjadi tanda masalah lainnya.
3. Petting
Petting merupakan kegiatan seks yang bisa menggantikan penetrasi seksual. Petting artinya merangsang organ seks orang lain atau payudara dengan tangan atau mulut, atau dengan mengecupnya.
Orang melakukan petting tujuannya untuk merangsang tubuh pasangannya. Namun, yang perlu diperhatikan remaja yang mencoba-coba melakukan petting bisa berlanjut ke hubungan yang tak diinginkan. Petting juga berisiko tertular infeksi meski jauh dibandingkan bercinta.
4. Bercinta oral (oral sex)
Hayley DiMarco, penulis Technical Virgin: How Far is Too Far? menjelaskan, remaja sering salah paham tentang bercinta oral dengan menganggapnya tak berbahaya dan bukan benar-benar seks.
Sebagian besar remaja ini tak menyadari bahwa bercinta oral bisa menyebabkan penyakit menular seksual yang bisa ditularkan juga dengan berhubungan intim.
5. Ciuman
Sejumlah film menunjukkan adegan ciuman. Hal tersebut bisa membuat remaja penasaran ingin mencobanya. Ciuman dan pelukan sebagai cara untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang. Tapi, sentuhan fisik dan emosional itu berhubungan dengan seks yang bisa berujung kehamilan di usia dini. Dan ini bisa merusak rencana masa depannya.
Faktanya, keingintahuannya itu berkonsekuensi yang menyedihkan seperti trauma psikologis, penyakit menular seksual atau kehamilan yang tak diinginkan yang hampir selalu berakhir dengan aborsi.
Agar tak terjadi hal yang tak diinginkan, orangtua bisa melakukan beberapa pencegahan. Cara terbaik dengan berbicara dengan putri atau putra Anda. Tapi, perlu diingat bahwa ABG hampir mustahil dilarang. ABG ini lebih sukses jika diberikan alasan yang logis.
Seperti yang dikutip Kidshealth.org, tugas orangtua adalah meyakinkan putra atau putrinya tentang segala sesuatu yang baik pada waktunya. Seperti, anak-anak bisa kecewa jika melakukan aktivitas seksual terlalu dini karena ada hal-hal yang tak boleh dilakukan untuk menghindari masalah yang berhubungan dengan kehidupan seks yang terlalu dini.
Sebenarnya, pendidikan seks itu harus dimulai lebih awal, ketika anak berusia 2 atau 3 tahun. Tapi, ini tak berarti orangtua tak boleh berbicara tentang seks kepada anak ABGnya dengan harapan ia bisa mengatasi masalahnya.
Namun, ingatlah anak ABG Anda bukan lagi bayi. Biasanya ia lebih banyak tahu tentang seks dibanding yang diduga orangtuanya.
Orangtua cobalah berbicara secara terbuka, bebas, tanpa rasa malu. Mungkin awalnya Anda akan merasa canggung, tapi cobalah. Gunakan istilah medis karena sebagian besar remaja sudah familiar dengan istilah medis atau gunakan kalimat sehari-hari.
Berikut masalah seks yang sering membuat ABG penasaran:
1. Bercinta
Orangtua harus mencoba mencegah pengalaman seks terlalu dini. Bicarakan ke anak Anda tentang bahaya hubungan intim terlalu dini. Begitu juga tentang hubungan tanpa perlindungan yang bisa menyebabkan kehamilan serta menularkan Penyakit Menular Seksual (PMS).
Jangan takut orangtua yang berbicara tentang hal ini bakal membuat anak remajanya tertarik dengan seks. Remaja Anda sudah tahu cukup banyak tentang seks. Informasi yang Anda berikan kepada anak Anda bisa meminimalkan risikonya.
2. Masturbasi
Remaja mungkin bertanya apakah masturbasi tak masalah? Apakah ini membuat kelaminnya menjadi kecil atau lebih besar? Apakah permainan solo itu akan menghambat pertumbuhannya?
Smith AM, Rosenthal DA, dan Reichler H. High dalam Psychological Reports menjelaskan masturbasi masa remaja normal. Saat mengalami pubertas, mereka jadi ingin lebih tahu tentang perkembangan tubuhnya, termasuk kegiatan seperti masturbasi dan orgasme.
Ini merupakan rangsangan alat kelamin untuk kenikmatan seksual. Dengan kata lain, masturbasi merupakan stimulasi penis atau vagina dengan menggosoknya atau cara lain.
Membahas masturbasi bisa menjadi diskusi antara anak dan orangtua. Ini berguna untuk remaja Anda untuk mengetahui bahwa masturbasi normal dan bukan kegiatan yang memalukan. Tapi, apabila putra atau putri Anda memiliki masalah dengan menyentuh organ pribadinya di depan umum, berbicaralah dengan dokter anak Anda. Praktik masturbasi yang tak pantas bisa menjadi tanda masalah lainnya.
3. Petting
Petting merupakan kegiatan seks yang bisa menggantikan penetrasi seksual. Petting artinya merangsang organ seks orang lain atau payudara dengan tangan atau mulut, atau dengan mengecupnya.
Orang melakukan petting tujuannya untuk merangsang tubuh pasangannya. Namun, yang perlu diperhatikan remaja yang mencoba-coba melakukan petting bisa berlanjut ke hubungan yang tak diinginkan. Petting juga berisiko tertular infeksi meski jauh dibandingkan bercinta.
4. Bercinta oral (oral sex)
Hayley DiMarco, penulis Technical Virgin: How Far is Too Far? menjelaskan, remaja sering salah paham tentang bercinta oral dengan menganggapnya tak berbahaya dan bukan benar-benar seks.
Sebagian besar remaja ini tak menyadari bahwa bercinta oral bisa menyebabkan penyakit menular seksual yang bisa ditularkan juga dengan berhubungan intim.
5. Ciuman
Sejumlah film menunjukkan adegan ciuman. Hal tersebut bisa membuat remaja penasaran ingin mencobanya. Ciuman dan pelukan sebagai cara untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang. Tapi, sentuhan fisik dan emosional itu berhubungan dengan seks yang bisa berujung kehamilan di usia dini. Dan ini bisa merusak rencana masa depannya.
0 komentar:
Posting Komentar