Goyangnews - Saat pria mulai mengalami kebotakan, ada dua hal yang rontok – rambutnya dan kepercayaan dirinya. “Rambut tebal sering kali dikaitkan dengan keremajaan dan maskulinitas,” kata Albert Mannes, Ph. D., peneliti dari University of Pensylvania yang meneliti persepsi tentang kebotakan. “Kerontokan rambut menandakan penuaan”.
Namun masalah kebotakan bisa menipu: Dua pertiga pria menghadapi kerontokan pada usia 35 tahun, dan sering kali kita menyalahkan gen atau turunan yang jelek. Pola kebotakan pada pria adalah karena sensitivitas pada dihydrotestosterone (DHT, yang dihasilkan oleh testosteron) yang membuat rambut lebih tipis, penipisan garis rambut dan pada akhirnya ada area-area di kulit kepala yang mengalami kebotakan.
Itulah mengapa para ilmuwan – yang mungkin mereka sendiri mengalami kebotakan – menempatkan masalah kebotakan dalam fokus utama mereka. Simak terus artikel ini untuk mengetahui berbagai cara untuk menyelamatkan rambut Anda, mengembalikan rambut yang sudah rontok, atau – kalau sudah terlanjur memburuk – jangan putus asa karena Anda mungkin masih bisa mengatasinya.
1. Temukan Penyebabnya
Dokter sering kali mendiagnosa masalah kebotakan hanya dari penampakannya, yaitu jika rambut Anda hanya terdapat di bagian samping dan tengah kepala Anda dan area kebotakannya membentuk huruf M. Namun penipisan rambut yang terjadi di seluruh area kulit kepala Anda dan bukan pada bagian ubun-ubun atau pelipis saja, sering kali mengindikasikan terjadinya masalah kesehatan.
“Kekurangan hormon atau nutrisi, seperti masalah tiroid, kekurangan zat besi atau protein bisa menyebabkan penipisan,” kata Carolyn Jacob, M.D., pendiri Chicago Cosmetic Surgery and Dermatology. Dengan kata lain, “jangan beranggapan itu masalah genetik,” ujar Marc Avram, M.D., seorang profesor klinis dermatologi di Weill Cornell Medical College. Cuma ada satu hambatan: pola yang jelas terlihat kemungkinan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk muncul, jadi menentukan penyebabnya hanya dengan melihat rambut Anda kemungkinan akan sulit.
Itulah alasannya Dr. Avram menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan seorang ahli dermatologi begitu Anda mulai mengalami penipisan rambut sehingga Anda bisa menjalani biopsi kulit kepala untuk menyingkirkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan.
2. Percayalah pada sains
Iklan-iklan TV pada malam hari sering kali menawarkan berbagai solusi tepat untuk berbagai macam masalah – namun kebotakan bukan salah satunya. “Berhati-hatilah dengan segala macam iklan TV atau Internet yang menawarkan sampo atau pil penumbuh rambut,” seperti diperingatkan Marc Glashofer, M.D., seorang pakar dermatologi di Long Beach , New York, yang ahli dalam masalah rambut rontok. “Sebagian besar produk tidak melalui uji klinis dan hanya menghabiskan uang Anda.”
Memang ada obat-obatan yang sudah disetujui FDA seperti finasteride (Propecia) dan minoxidil (Rogaine). Namun, “kedua obat itu lebih manjur menguatkan rambut Anda ketimbang menumbuhkan kembali rambut yang rontok,” kata George Cotsarelis, M.D., profesor dermatologi di University of Pennsylvania.
Propecia berfungsi dengan menghambat perubahan testosterone ke DHT, namun ada efek samping yang perlu dipertimbangkan: Obat ini bisa menimbulkan masalah pada saluran saraf menuju alat kelamin pria, sehingga Anda bisa mengalami gangguan ereksi dan merusak libido, seperti ditemukan dalam studi Journal of Sexual Medicine. Dr. Cotsarelis mengatakan sebagian besar pria tidak mengalami efek samping ini, namun jika Anda kurang nyaman dengan risiko gangguan ereksi, maka jangan memilih Propecia.
Sedangkan Rogaine, katanya dapat merangsang pertumbuhan rambut, walaupun para ilmuwan belum yakin bagaimana obat itu bekerja. “Rogaine sering kali mendapatkan reputasi buruk karena orang-orang tidak menggunakannya secara tepat,” ujar Dr. Cotsarelis. “Anda harus menggunakan Rogaine setidaknya dua kali sehari dan sedikitnya enam bulan sebelum Anda mendapatkan hasilnya. Obat itu pada akhirnya bisa menimbulkan penipisan rambut pada bulan pertama atau kedua.” Dengan kata lain, jangan menyerah setelah hanya sepekan mengoleskannya pada kulit kepala Anda.
3. Mengganti sampo
Ada puluhan sampo yang mengklaim dapat membuat rambut Anda terlihat lebih tebal, namun hanya satu ramuan yang terbukti benar-benar merawat rambut Anda. Ketoconazole, sebuah obat antijamur yang biasanya digunakan untuk mengatasi ketombe, malah bisa menyelamatkan rambut Anda dengan mengurangi produksi testosteron (lalu DHT) di akar rambut, ujar para ilmuwan di University of British Columbia. Faktanya, dalam sebuah studi di Belgia, pria botak yang menggunakan satu persen sampo ketoconazole sebanyak dua atau tiga kali sepekan selama enam bulan mengalami pengurangan 17 persen dalam penipisan rambut.
4. Pilih-pilih makanan
Diet bisa menyelamatkan Anda dari tampilan kepala plontos. Mulailah dengan menghindari gorengan; ini mungkin mengurangi aktivitas kelenjar minyak dan memperlambat perubahan T (Testosteron) ke DHT, menurut riset dari India. Dan kurangi makanan manis: Limpahan insulin akibat mengonsumsi banyak gula dapat memicu pelepasan testosteron, menjadikan hormon itu siap dikonversi menjadi DHT.
5. Metode transplantasi rambut
Para dokter biasanya mengambil gumpalan rambut dari bagian samping dan belakang kepala, yang dipindahkan ke area-area yang mengalami kebotakan. Namun hasilnya sering kali membuat kepala lebih mirip sikat gigi ketimbang rambut asli. Saat ini, ada dua opsi yang tersedia. Pertama yaitu tranplantasi unit folikular (follicular unit transplantation atau FUT): “dokter bedah mengambil kulit kepala dan membaginya ke dalam kelompok yang terdiri dari tiga atau empat rambut,” kata Dr. Cotsarelis. Kelemahan opsi ini kemungkinan dapat menimbulkan bekas luka tipis, yang akan terlihat jika Anda memiliki potongan rambut pendek.
Faktor bekas luka itu merupakan alasan pria semakin memilih opsi kedua, ekstraksi unit folikuler (follicular unit extraction atau FUE). Proses ini melibatkan pengambilan folikel-folikel rambut individual dari bagian belakang kepala secara robotik. “Selama beberapa tahun terakhir, kami melakukan FUE lebih dari 95 persen kasus,” kata Alan Bauman, M.D., seorang pakar rambut rontok di Boca Ratoin, Florida. “Itu sebuah pengobatan yang lebih singkat dan tak terlalu menyakitkan, serta sepenuhnya menghilangkan parut luka sepanjang bagian belakang kepala.”
Kelemahannya: Metode ini lebih sulit dan lama ketimbang FUT, dan dokter Anda harus memangkas lebih banyak rambut terlebih dahulu. “Anda harus memanjangkan rambut untuk menyamarkan area yang dipangkas,” kata Dr. Avram.
Kedua opsi tidaklah murah; Anda perlu mengeluarkan sekitar $5.000 hingga $10.000 (sekitar Rp58,61 juta hingga Rp117,2 juta). Carilah seorang dokter bedah yang ahli dalam FUT atau FUE serta merupakan anggota dari the International Society of Hair Restoration Surgery. “Dokter yang baik akan memberikan rencana pengobatan untuk menghentikan berkembangnya gangguan rambut rontok, bersamaan dengan desain transplantasi rambut Anda,” kata Dr. Bauman.
Setelah pembedahan, jangan garuk koreng di kulit kepala Anda. “Cucilah rambut Anda setiap hari,” ujar Dr. Avram. “Koreng itu akan terkelupas secara alami lebih cepat.” Oleskan pelembab ke area-area bekas operasi, dan hindari latihan kardio yang intens selama tiga atau empat hari. Jika denyut jantung Anda mencapai 130, kulit kepala Anda bisa berdarah, katanya.
6. Terapi laser
Pada 1967, seorang ilmuwan menembakkan sinar laser ke kulit tikus yang sudah dicukur untuk melihat apakah sinar itu menimbulkan kanker. Bukannya menimbulkan K besar (kanker), sebaliknya memicu R besar: rambut. Hasil penelitian ini mengarah pada terapi sinar level rendah, sebuah terapi yang disetujui FDA untuk kebotakan pola pria mulai dari tingkat sedang hingga moderat. Dalam sebuah studi terbaru berbahasa Korea, orang dengan masalah rambut rontok yang rutin mengenakan helm terapi ringan di rumah mengalami penebalan rambut sebesar 22 persen dan kepadatan rambut sebesar 15 persen setelah 24 pekan.
Anda bisa mendatangi seorang dokter untuk mendapat terapi itu atau cukup membeli sebuah LaserCap, sebuah alat yang muat di topi bisbol. Alat itu dibanderol $3.000 (sekitar Rp35,16 juta), namun seperti Dr. Bauman tunjukkan, “alat itu lebih murah ketimbang mengonsumsi Propecia selama tiga tahun.” Sebuah alat yang lebih murah yang ia rekomendasikan yaitu Nutreve Personal Hair Therapy Laser ($500 atau sekitar Rp5,86 juta, nutrevehairloss.com).
7. Terima apa adanya
Pria botak cenderung mengatasinya dengan tiga cara: Mereka akan menutupinya dengan berfokus pada olahraga atau fashion (pakai topi), menghindari cermin, atau terima saja kebotakan itu apa adanya. Menurut studi dari Jerman, menerima dengan ikhlas bisa menghilangkan stress akibat rambut rontok sementara strategi lainnya malah meningkatkannya. Jadi ubah persepsi Anda: “Interpretasikan kebotakan sebagai penampilan unik atau tanda kedewasaan ketimbang penuaan,” kata pengarang studi Dirk Kranz, Ph.D.
8. Gunduli saja kepala Anda
Buang sisir Anda dan saatnya memilih gaya rambut plontos seperti Deddy Corbuzier atau Jason Statham. “Rambut plontos merupakan peningkatan drastis,” kata Todd “Sween” Lahman, pemilik Sweeney Todd’s Barber Shop di Los Angeles. Faktanya, penelitian Mannes menunjukkan pria berambut plontos dipandang lebih tinggi, maskulin dan dominan ketimbang pria berambut lebat. “Orang berambut plontos memperkirakan mereka bisa melakukan angkat beban 13 persen lebih berat,” ujarnya. Mannes juga menemukan pria berambut plontos dianggap lebih atraktif ketimbang mereka yang berambut tipis. Masih ragu untuk mencukur habis rambut Anda?
Namun masalah kebotakan bisa menipu: Dua pertiga pria menghadapi kerontokan pada usia 35 tahun, dan sering kali kita menyalahkan gen atau turunan yang jelek. Pola kebotakan pada pria adalah karena sensitivitas pada dihydrotestosterone (DHT, yang dihasilkan oleh testosteron) yang membuat rambut lebih tipis, penipisan garis rambut dan pada akhirnya ada area-area di kulit kepala yang mengalami kebotakan.
Itulah mengapa para ilmuwan – yang mungkin mereka sendiri mengalami kebotakan – menempatkan masalah kebotakan dalam fokus utama mereka. Simak terus artikel ini untuk mengetahui berbagai cara untuk menyelamatkan rambut Anda, mengembalikan rambut yang sudah rontok, atau – kalau sudah terlanjur memburuk – jangan putus asa karena Anda mungkin masih bisa mengatasinya.
1. Temukan Penyebabnya
Dokter sering kali mendiagnosa masalah kebotakan hanya dari penampakannya, yaitu jika rambut Anda hanya terdapat di bagian samping dan tengah kepala Anda dan area kebotakannya membentuk huruf M. Namun penipisan rambut yang terjadi di seluruh area kulit kepala Anda dan bukan pada bagian ubun-ubun atau pelipis saja, sering kali mengindikasikan terjadinya masalah kesehatan.
“Kekurangan hormon atau nutrisi, seperti masalah tiroid, kekurangan zat besi atau protein bisa menyebabkan penipisan,” kata Carolyn Jacob, M.D., pendiri Chicago Cosmetic Surgery and Dermatology. Dengan kata lain, “jangan beranggapan itu masalah genetik,” ujar Marc Avram, M.D., seorang profesor klinis dermatologi di Weill Cornell Medical College. Cuma ada satu hambatan: pola yang jelas terlihat kemungkinan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk muncul, jadi menentukan penyebabnya hanya dengan melihat rambut Anda kemungkinan akan sulit.
Itulah alasannya Dr. Avram menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan seorang ahli dermatologi begitu Anda mulai mengalami penipisan rambut sehingga Anda bisa menjalani biopsi kulit kepala untuk menyingkirkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan.
2. Percayalah pada sains
Iklan-iklan TV pada malam hari sering kali menawarkan berbagai solusi tepat untuk berbagai macam masalah – namun kebotakan bukan salah satunya. “Berhati-hatilah dengan segala macam iklan TV atau Internet yang menawarkan sampo atau pil penumbuh rambut,” seperti diperingatkan Marc Glashofer, M.D., seorang pakar dermatologi di Long Beach , New York, yang ahli dalam masalah rambut rontok. “Sebagian besar produk tidak melalui uji klinis dan hanya menghabiskan uang Anda.”
Memang ada obat-obatan yang sudah disetujui FDA seperti finasteride (Propecia) dan minoxidil (Rogaine). Namun, “kedua obat itu lebih manjur menguatkan rambut Anda ketimbang menumbuhkan kembali rambut yang rontok,” kata George Cotsarelis, M.D., profesor dermatologi di University of Pennsylvania.
Propecia berfungsi dengan menghambat perubahan testosterone ke DHT, namun ada efek samping yang perlu dipertimbangkan: Obat ini bisa menimbulkan masalah pada saluran saraf menuju alat kelamin pria, sehingga Anda bisa mengalami gangguan ereksi dan merusak libido, seperti ditemukan dalam studi Journal of Sexual Medicine. Dr. Cotsarelis mengatakan sebagian besar pria tidak mengalami efek samping ini, namun jika Anda kurang nyaman dengan risiko gangguan ereksi, maka jangan memilih Propecia.
Sedangkan Rogaine, katanya dapat merangsang pertumbuhan rambut, walaupun para ilmuwan belum yakin bagaimana obat itu bekerja. “Rogaine sering kali mendapatkan reputasi buruk karena orang-orang tidak menggunakannya secara tepat,” ujar Dr. Cotsarelis. “Anda harus menggunakan Rogaine setidaknya dua kali sehari dan sedikitnya enam bulan sebelum Anda mendapatkan hasilnya. Obat itu pada akhirnya bisa menimbulkan penipisan rambut pada bulan pertama atau kedua.” Dengan kata lain, jangan menyerah setelah hanya sepekan mengoleskannya pada kulit kepala Anda.
3. Mengganti sampo
Ada puluhan sampo yang mengklaim dapat membuat rambut Anda terlihat lebih tebal, namun hanya satu ramuan yang terbukti benar-benar merawat rambut Anda. Ketoconazole, sebuah obat antijamur yang biasanya digunakan untuk mengatasi ketombe, malah bisa menyelamatkan rambut Anda dengan mengurangi produksi testosteron (lalu DHT) di akar rambut, ujar para ilmuwan di University of British Columbia. Faktanya, dalam sebuah studi di Belgia, pria botak yang menggunakan satu persen sampo ketoconazole sebanyak dua atau tiga kali sepekan selama enam bulan mengalami pengurangan 17 persen dalam penipisan rambut.
4. Pilih-pilih makanan
Diet bisa menyelamatkan Anda dari tampilan kepala plontos. Mulailah dengan menghindari gorengan; ini mungkin mengurangi aktivitas kelenjar minyak dan memperlambat perubahan T (Testosteron) ke DHT, menurut riset dari India. Dan kurangi makanan manis: Limpahan insulin akibat mengonsumsi banyak gula dapat memicu pelepasan testosteron, menjadikan hormon itu siap dikonversi menjadi DHT.
5. Metode transplantasi rambut
Para dokter biasanya mengambil gumpalan rambut dari bagian samping dan belakang kepala, yang dipindahkan ke area-area yang mengalami kebotakan. Namun hasilnya sering kali membuat kepala lebih mirip sikat gigi ketimbang rambut asli. Saat ini, ada dua opsi yang tersedia. Pertama yaitu tranplantasi unit folikular (follicular unit transplantation atau FUT): “dokter bedah mengambil kulit kepala dan membaginya ke dalam kelompok yang terdiri dari tiga atau empat rambut,” kata Dr. Cotsarelis. Kelemahan opsi ini kemungkinan dapat menimbulkan bekas luka tipis, yang akan terlihat jika Anda memiliki potongan rambut pendek.
Faktor bekas luka itu merupakan alasan pria semakin memilih opsi kedua, ekstraksi unit folikuler (follicular unit extraction atau FUE). Proses ini melibatkan pengambilan folikel-folikel rambut individual dari bagian belakang kepala secara robotik. “Selama beberapa tahun terakhir, kami melakukan FUE lebih dari 95 persen kasus,” kata Alan Bauman, M.D., seorang pakar rambut rontok di Boca Ratoin, Florida. “Itu sebuah pengobatan yang lebih singkat dan tak terlalu menyakitkan, serta sepenuhnya menghilangkan parut luka sepanjang bagian belakang kepala.”
Kelemahannya: Metode ini lebih sulit dan lama ketimbang FUT, dan dokter Anda harus memangkas lebih banyak rambut terlebih dahulu. “Anda harus memanjangkan rambut untuk menyamarkan area yang dipangkas,” kata Dr. Avram.
Kedua opsi tidaklah murah; Anda perlu mengeluarkan sekitar $5.000 hingga $10.000 (sekitar Rp58,61 juta hingga Rp117,2 juta). Carilah seorang dokter bedah yang ahli dalam FUT atau FUE serta merupakan anggota dari the International Society of Hair Restoration Surgery. “Dokter yang baik akan memberikan rencana pengobatan untuk menghentikan berkembangnya gangguan rambut rontok, bersamaan dengan desain transplantasi rambut Anda,” kata Dr. Bauman.
Setelah pembedahan, jangan garuk koreng di kulit kepala Anda. “Cucilah rambut Anda setiap hari,” ujar Dr. Avram. “Koreng itu akan terkelupas secara alami lebih cepat.” Oleskan pelembab ke area-area bekas operasi, dan hindari latihan kardio yang intens selama tiga atau empat hari. Jika denyut jantung Anda mencapai 130, kulit kepala Anda bisa berdarah, katanya.
6. Terapi laser
Pada 1967, seorang ilmuwan menembakkan sinar laser ke kulit tikus yang sudah dicukur untuk melihat apakah sinar itu menimbulkan kanker. Bukannya menimbulkan K besar (kanker), sebaliknya memicu R besar: rambut. Hasil penelitian ini mengarah pada terapi sinar level rendah, sebuah terapi yang disetujui FDA untuk kebotakan pola pria mulai dari tingkat sedang hingga moderat. Dalam sebuah studi terbaru berbahasa Korea, orang dengan masalah rambut rontok yang rutin mengenakan helm terapi ringan di rumah mengalami penebalan rambut sebesar 22 persen dan kepadatan rambut sebesar 15 persen setelah 24 pekan.
Anda bisa mendatangi seorang dokter untuk mendapat terapi itu atau cukup membeli sebuah LaserCap, sebuah alat yang muat di topi bisbol. Alat itu dibanderol $3.000 (sekitar Rp35,16 juta), namun seperti Dr. Bauman tunjukkan, “alat itu lebih murah ketimbang mengonsumsi Propecia selama tiga tahun.” Sebuah alat yang lebih murah yang ia rekomendasikan yaitu Nutreve Personal Hair Therapy Laser ($500 atau sekitar Rp5,86 juta, nutrevehairloss.com).
7. Terima apa adanya
Pria botak cenderung mengatasinya dengan tiga cara: Mereka akan menutupinya dengan berfokus pada olahraga atau fashion (pakai topi), menghindari cermin, atau terima saja kebotakan itu apa adanya. Menurut studi dari Jerman, menerima dengan ikhlas bisa menghilangkan stress akibat rambut rontok sementara strategi lainnya malah meningkatkannya. Jadi ubah persepsi Anda: “Interpretasikan kebotakan sebagai penampilan unik atau tanda kedewasaan ketimbang penuaan,” kata pengarang studi Dirk Kranz, Ph.D.
8. Gunduli saja kepala Anda
Buang sisir Anda dan saatnya memilih gaya rambut plontos seperti Deddy Corbuzier atau Jason Statham. “Rambut plontos merupakan peningkatan drastis,” kata Todd “Sween” Lahman, pemilik Sweeney Todd’s Barber Shop di Los Angeles. Faktanya, penelitian Mannes menunjukkan pria berambut plontos dipandang lebih tinggi, maskulin dan dominan ketimbang pria berambut lebat. “Orang berambut plontos memperkirakan mereka bisa melakukan angkat beban 13 persen lebih berat,” ujarnya. Mannes juga menemukan pria berambut plontos dianggap lebih atraktif ketimbang mereka yang berambut tipis. Masih ragu untuk mencukur habis rambut Anda?
0 komentar:
Posting Komentar