Goyangnews - Geram karena terus menerus dicurangi, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto akhirnya tampil juga ke publik. Setelah menanggapi pengunduran diri Basuki Tjahja Purnama dari kader Gerindra, calon presiden Prabowo Subianto mendesak Presiden SBY mengusut dugaan kolusi korupsi dan nepotisme Jaksa Agung Basrief Arief.
Maraknya beredar informasi mengenai keterlibatan salah satu putra Basrief Arief Jaksa Agung Republik Indonesia yang duduk menjadi anggota tim sukses atau tim transisi Presiden terpilih Joko Widodo, mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan. Informasi ini jika benar, akan menjadi pembenaran atau legitimasi dari tendensi keberpihakan Jaksa Agung dan atau penyidik kejaksaan dalam mengusut tuntas keterlibatan Gubernur DKI Jakarta pada korupsi pengadaan Bus Busway dan Reguler pada Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun anggaran 2013, yang merugikan negara Rp 54 miliar.
Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung RI Tony Spontana tidak dapat memberi konfimasi atas kebenaran informasi tersebut, yang ditanyakan Asatunews melalui pesan singkat.
"Mohon maaf, saya belum memperoleh info tentang hal tersebut. Harus saya tanyakan dahulu kepada beliau (Jaksa Agung-Red)," jawab Kapuspenkum Tony Spontana, melalui pesan singkat, Rabu 10 September 2014.
Edi Syahputra Direktur Eksekutif Jaringan Advokadi Publik (JAP) mengatakan, penyidik memang memiliki hak prerogatif menetapkan strategi penyidikan. Namun, mencuatnya informasi mengenai keterlibatan salah satu anak Jaksa Agung sebagai tim transisi Jokowi, menyebabkan publik memiliki hak untuk mempertanyakan profesionalisme, integritas dan transparansi penyidikan kasus korupsi pengadaan Bus Trans Jakarta, yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan kroni-kroninya.
"Rakyat memiliki hak dan kepentingan mempertanyakan keseriusan penyidik Kejagung menuntaskan kasus korupsi Bus Trans Jakarta, terutama dalam hal penetapan status tersangka Joko Widodo, Bimo Putranto dan seterusnya", ujar Edi sebagaimana dikutip Asatunews, Rabu (10/9/2014).
Edi menambahkan, keberadaan anak Jaksa Agung di Tim Transisi secara etis tidak dapat dibenarkan dan potensial menjerumuskan kasus korupsi Joko Widodo menjadi alat penekan di pihak Jaksa Agung untuk melakukan transaksi politik dan ekonomi. Tidak hanya tawar menawar soal kursi kabinet tetapi juga konsesi bisnis dan ekonomi. Namun, risiko terparah dari keterlibatan anak Jaksa Agung di Tim Transisi Jokowi adalah mengakibatkan hancurnya penegakkan hukum di Republik Indonesia. Hukum dan kasus korupsi dijadikan komoditas, kebenaran dan keadilan dijadikan keset.
Jaksa Agung Basrief Arief memiliki tiga anak, Abraham Arief, Barnal Arief dan Elfira Arief. Diduga putra tertua Jaksa Agung Basrief Arief bernama Abraham Arief, mantan Direktur Trimegah Securitas, perusahaan milik James Riady yang menjadi anggota Tim Transisi Presiden terpilih Jokowi. (Dew17)
Maraknya beredar informasi mengenai keterlibatan salah satu putra Basrief Arief Jaksa Agung Republik Indonesia yang duduk menjadi anggota tim sukses atau tim transisi Presiden terpilih Joko Widodo, mendapat tanggapan serius dari berbagai kalangan. Informasi ini jika benar, akan menjadi pembenaran atau legitimasi dari tendensi keberpihakan Jaksa Agung dan atau penyidik kejaksaan dalam mengusut tuntas keterlibatan Gubernur DKI Jakarta pada korupsi pengadaan Bus Busway dan Reguler pada Dinas Perhubungan DKI Jakarta tahun anggaran 2013, yang merugikan negara Rp 54 miliar.
Kepala Pusat Penerangan dan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung RI Tony Spontana tidak dapat memberi konfimasi atas kebenaran informasi tersebut, yang ditanyakan Asatunews melalui pesan singkat.
"Mohon maaf, saya belum memperoleh info tentang hal tersebut. Harus saya tanyakan dahulu kepada beliau (Jaksa Agung-Red)," jawab Kapuspenkum Tony Spontana, melalui pesan singkat, Rabu 10 September 2014.
Edi Syahputra Direktur Eksekutif Jaringan Advokadi Publik (JAP) mengatakan, penyidik memang memiliki hak prerogatif menetapkan strategi penyidikan. Namun, mencuatnya informasi mengenai keterlibatan salah satu anak Jaksa Agung sebagai tim transisi Jokowi, menyebabkan publik memiliki hak untuk mempertanyakan profesionalisme, integritas dan transparansi penyidikan kasus korupsi pengadaan Bus Trans Jakarta, yang melibatkan Gubernur DKI Jakarta Jokowi dan kroni-kroninya.
"Rakyat memiliki hak dan kepentingan mempertanyakan keseriusan penyidik Kejagung menuntaskan kasus korupsi Bus Trans Jakarta, terutama dalam hal penetapan status tersangka Joko Widodo, Bimo Putranto dan seterusnya", ujar Edi sebagaimana dikutip Asatunews, Rabu (10/9/2014).
Edi menambahkan, keberadaan anak Jaksa Agung di Tim Transisi secara etis tidak dapat dibenarkan dan potensial menjerumuskan kasus korupsi Joko Widodo menjadi alat penekan di pihak Jaksa Agung untuk melakukan transaksi politik dan ekonomi. Tidak hanya tawar menawar soal kursi kabinet tetapi juga konsesi bisnis dan ekonomi. Namun, risiko terparah dari keterlibatan anak Jaksa Agung di Tim Transisi Jokowi adalah mengakibatkan hancurnya penegakkan hukum di Republik Indonesia. Hukum dan kasus korupsi dijadikan komoditas, kebenaran dan keadilan dijadikan keset.
Jaksa Agung Basrief Arief memiliki tiga anak, Abraham Arief, Barnal Arief dan Elfira Arief. Diduga putra tertua Jaksa Agung Basrief Arief bernama Abraham Arief, mantan Direktur Trimegah Securitas, perusahaan milik James Riady yang menjadi anggota Tim Transisi Presiden terpilih Jokowi. (Dew17)
0 komentar:
Posting Komentar