Goyangnews - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku sudah gila. Ahok gila karena perangai pejabat pegawai negeri sipil pemerintah DKI yang korupsi.
"Saya kayak orang gila, bukan kayak pejabat. Saya kayak gini karena saya benci dan muak dengan permainan korupsi," ujarnya dalam sambutannya di acara peresmian pembayaran sewa rusun menggunakan virtual account Bank DKI di Rusun Marunda, Kamis, 4 September 2014.
Ahok menyebut pejabat DKI munafik. "Santun-santun ngomongnya, padahal mereka bajingan," tuturnya. Ia sadar jika caci-maki yang keluar dari dirinya membuatnya dibenci beberapa pejabat. "Kalau tidak mau pilih saya lagi nanti, tidak masalah." (Baca: Semua Pejabat DKI Jakarta Bajingan Munafik)
Ahok melanjutkan, "Kalau tidak suka dan mau duel sama saya, ayo, saya beli. Tidak usah santet. Satu lawan satu kalau jantan. Sudah kepalang tanggung."
Ahok melontarkan kegeramannya itu di hadapan ratusan warga Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI Yonathan Pasodung, Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono, dan Wali Kota Jakarta Utara Heru Budi Hartono.
Ahok bukan tanpa alasan melontarkan ucapan tersebut. Ahok emosi melihat kartu pembayaran sewa rusun. Kartu dibuat oleh Bank DKI. "Saya kecewa sama Bank DKI. Saya tidak minta kayak kartu hotel. Saya ingin ada nama dan foto. Sehingga, waktu kami iseng datang ke rusun, saya minta warga menunjukkan kartunya. Kalau tidak sesuai nama dan foto serta KTP, akan kami usir."
Kartu yang dibagikan ke warga itu hanya tertera nomor virtual account, kode rusun, cluster, blok rusun, lantai, dan nomor unit.
Ahok menilai bentuk kartu seperti itu masih memberi peluang praktek jual-beli. "Ini ide cerdas untuk bikin saya susah," kata Ahok. Padahal Ahok berharap adanya kartu pembayaran bisa menekan praktek korupsi di rusun.
"Saya kayak orang gila, bukan kayak pejabat. Saya kayak gini karena saya benci dan muak dengan permainan korupsi," ujarnya dalam sambutannya di acara peresmian pembayaran sewa rusun menggunakan virtual account Bank DKI di Rusun Marunda, Kamis, 4 September 2014.
Ahok menyebut pejabat DKI munafik. "Santun-santun ngomongnya, padahal mereka bajingan," tuturnya. Ia sadar jika caci-maki yang keluar dari dirinya membuatnya dibenci beberapa pejabat. "Kalau tidak mau pilih saya lagi nanti, tidak masalah." (Baca: Semua Pejabat DKI Jakarta Bajingan Munafik)
Ahok melanjutkan, "Kalau tidak suka dan mau duel sama saya, ayo, saya beli. Tidak usah santet. Satu lawan satu kalau jantan. Sudah kepalang tanggung."
Ahok melontarkan kegeramannya itu di hadapan ratusan warga Rusun Marunda, Jakarta Utara, Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintahan DKI Yonathan Pasodung, Direktur Utama Bank DKI Eko Budiwiyono, dan Wali Kota Jakarta Utara Heru Budi Hartono.
Ahok bukan tanpa alasan melontarkan ucapan tersebut. Ahok emosi melihat kartu pembayaran sewa rusun. Kartu dibuat oleh Bank DKI. "Saya kecewa sama Bank DKI. Saya tidak minta kayak kartu hotel. Saya ingin ada nama dan foto. Sehingga, waktu kami iseng datang ke rusun, saya minta warga menunjukkan kartunya. Kalau tidak sesuai nama dan foto serta KTP, akan kami usir."
Kartu yang dibagikan ke warga itu hanya tertera nomor virtual account, kode rusun, cluster, blok rusun, lantai, dan nomor unit.
Ahok menilai bentuk kartu seperti itu masih memberi peluang praktek jual-beli. "Ini ide cerdas untuk bikin saya susah," kata Ahok. Padahal Ahok berharap adanya kartu pembayaran bisa menekan praktek korupsi di rusun.
0 komentar:
Posting Komentar