Goyangnews - Kita baru saja memperingati hari Kemerdekaan negeri tercinta ini. Jargon yang menunjukkan rasa nasionalisme semakin gencar kita dengar, atau mungkin kita ikut menyerukan dengan lantang. Termasuk statement seperti “100% Cinta Produk Indonesia” atau “Aku Bangga Pakai Produk Lokal”. Mendukung produk ‘made in Indonesia’ dinilai sebagai pembuktikan dari sikap nasionalisme.
Tapi tunggu dulu, apa sih bentuk kecintaan dan kebanggaan terhadap brand lokal yang kita terapkan sehari-hari? Dengan memakai produk buatan Indonesia dari ujung kepala sampai kaki? Atau cukup dengan membeli sepotong busana ready to wear karya anak negeri lantas kita merasa layak mengklaim cinta produk dalam negeri?
Tak jarang yang menyatakan dukung produk lokal tapi belum bisa lepas sepenuhnya dari ketergantungan memakai brand favoritnya yang berasal dari negara lain. Alasannya? “Terus terang, saya agak sulit menemukan brand lokal yang sebanding dengan brand luar, seperti pilihan modelnya beragam mengikuti trend terbaru, kualitas jahitannya bagus, dan benar-benar nyaman dipakai. Kalaupun ada, harganya justru lebih mahal,” ungkap Ayunda Rahayu, pekerja kreatif yang penggemar berat sebuah label asal Spanyol.
Kampanye yang membangkitkan kesadaran untuk cinta dan bangga terhadap merek lokal merupakan bentuk support untuk memajukan industri mode dalam negeri yang pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Nah, spirit gerakan ini tentunya tak berhenti sebatas gembar-gembor menyerukan jargon saja, namun membutuhkan tindakan konkret berupa membeli dan memakai produk lokal.
Misi ini memang bukan hal yang mudah, mengingat realita bahwa selama ini mayoritas masyarakat kita masih dijajah dengan persepsi bahwa brand dari luar negeri dianggap jauh lebih prestisius. Jadi, maklum saja bila memburu merek asing semata demi mengejar gengsi tinggi. Dampaknya adalah apresiasi terhadap produk asli Indonesia terlihat belum optimal. Bisa kita buktikan dengan sulitnya menemukan butik atau toko retail merek lokal yang berdampingan dengan merek internasional di berbagai mal atau department store bergengsi.
Mari Mulai dari Sekarang!
Seakan menjawab keluhan tersebut, kini semakin marak bermunculan label ready to wear buatan dalam negeri meskipun dengan segala keterbatasan yang ada, antara lain varian produknya masih terbatas dan kurang cepat mengadaptasi pergantian trend, serta harga yang terbilang mahal, apalagi bila dibandingkan produk bikinan China. Dengan keterbatasan tersebut membuat respon masyarakat atas kehadiran brand lokal belum seperti yang diharapkan.
Persoalan tersebut terkait kondisi industri mode di tanah air yang masih terbentur sejumlah kendala. Untuk menghasilkan produk retail yang berkualitas dengan harga kompetitif berarti harus siap memproduksi dalam jumlah besar yang kemudian menuntut jaringan distribusi lebih meluas. Sementara industri ready to wear di negeri kita sedang berbenah agar proses dari hulu ke hilir saling tersinkronisasi dengan solid sehingga lebih efisien dan efektif dari segi waktu maupun biaya. Dengan begitu, harga jual pun bisa bersaing.
Untuk mewujudkan hal tersebut tentu membutuhkan proses cukup panjang karena melibatkan banyak pihak dalam sektor industri mode. Bila ingin mempercepat tercapainya tujuan tersebut dibutuhkan dukungan masyarakat. Kalau kita masih ragu memilih brand lokal yang telah ada di pasaran saat ini, maka lambat-laun akan berguguran lagi. Lantas, kapan produk buatan anak negeri akan berhasil unjuk gigi?
Dengan keterbatasan yang dimiliki label lokal saat ini, mengapa kita tidak mencoba untuk tetap mendukungnya? Seperti yang dilakukan oleh fashion blogger Lulut Marganingtyas. “Brand lokal selalu menjadi prioritas pilihan saya. Tapi memang pilihan model atau warnanya kadang terbatas. Jadi, kalau barang yang saya butuhkan ternyata hanya ditemukan pada brand luar negeri, saya upayakan ketika memakainya tetap dipadukan dengan brand lokal,” paparnya.
Semakin berlimpah support terhadap merek lokal akan memacu munculnya pemain baru dalam sektor industri ini. Nah, ketika kompetisi semakin ketat, tentu mereka akan berupaya menarik minat konsumen dan menjaga loyalitasnya dengan berbagai cara, di antaranya menawarkan harga yang kompetitif, meningkatkan kualitas, dan memperluas jaringan distribusi produknya.
Tentu kita punya begitu banyak harapan terhadap brand lokal. Untuk mewujudkan harapan tersebut, apa yang bisa kita lakukan saat ini? Apalagi kalau kita lakukan serentak secara bersama-sama sehingga menjadi suatu gerakan yang massif. Namun, langkah awal yang harus kita lakukan adalah “memerdekakan” pikiran dan persepsi kita bahwa membeli dan memakai merek made in Indonesia bukan semata pembuktian rasa nasionalisme, tapi sekaligus ikut berkontribusi membangun pondasi industri retail di negeri ini yang kuat dan tak kalah saing dengan manca negara. Jadi, masih enggan pakai label lokal?
0 komentar:
Posting Komentar